Pengikut

About Me

TKJ SMKN 1 CERME,GRESIK
Blog Ini Diperuntukkan bagi kalangan Umum,Khususnya bagi para Murid TKJ
Lihat profil lengkapku
Diberdayakan oleh Blogger.
Minggu, 06 Februari 2011

Ditemukan 54 Planet mendukung Kehidupan seperti Bumi

WASHINGTON, KOMPAS.com - Perburuan planet-planet ekstrasurya atau di luar tata surya yang mirip Bumi dan mendukung kehidupan terus dilakukan. Teleskop luar angkasa Kepler milik Badan Antariksa AS (NASA) dirancang secara khusus untuk mencari planet-planet seperti itu.

"Hanya dalam waktu setahun meneropong sebagian kecil galaksi kita, Kepler berhasil menemukan 1.235 planet di luar tata surya kita. Yang mengejutkan, 54 di antaranya kemungkinan dapat dihuni manusia, tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin," kata William Borucki, kepala ilmuwan yang terlibat dalam misi Kepler, Rabu (2/2/2011) malam waktu AS.

Dari 1.235 planet baru yang terdeteksi, 68 di antaranya seukuran Bumi, 288 super Bumi, 662 seukuran Neptunus, 165 seukuran Jupiter, dan 19 lebih besar dari Jupiter. Sementara dari 54 planet yang ditemukan di zona orbit yang mendukung kehidupan, 5 di antaranya seukuran Bumi dan sisanya antara super Bumi atau dua kali ukuran Bumi hingga seukuran Jupiter.



"Kami mulai dari nol ke 68 kandidat planet seukuran Bumi dan dari nol hingga 54 kandidat di zona yang mendukung kehidupan, sebuah wilayah di mana air dalam bentuk cair mungkin ada di permukaan planet. Beberapa kandidat mungkin juga memiliki bulan dengan air dalam bentuk cair," jelas Borucki.

Penemuan planet yang mendukung kehidupan sebanyak 54 buah merupakan jumlah yang sangat banyak. Sejauh ini bahkan bisa dikatakan belum pernah ditemukan planet ekstrasurya yang benar-benar dapat dipastikan mirip Bumi dan kemungkinan dapat dihuni. Kalaupun mengandung senyawa organik dan zat-zat yang dibutuhkan untuk kehidupan, planet yang ditemukan biasanya terlalu jauh atau terlalu dekat bintangnya.

Meski disebut mendukung kehidupan, planet-planet tersebut belum dapat dipastikan ada kehidupan di sana saat ini seperti Mars misalnya. Kalaupun ada kehidupan mungkin berupa jasad renik seperti bakteri atau jenis kehidupan yang belum terbayangkan saat ini. Pekerjaan rumah berikutnya yang masih harus dilakukan para ilmuwan adalah menentukan ukuran planet-planet tersebut, komposisi, suhu permukaan, jarak dari bintangnya, kondisi atmosfer, dan kemungkinan adanya air serta senyawa karbon.

Semua planet asing tersebut ditemukan di galaksi Bima Sakti. Namun, jaraknya terlalu jauh dari Bumi dan mustahil mengirim misi ke sana. Dengan kemajuan teknologi yang ada saat ini, perlu jutaan tahun untuk berkunjung ke planet-planet tersebut.

"Cucu-cucu kita yang akan memutuskan apa langkah selanjutnya. Apakah mereka akan pergi ke sana? Apakah mereka hanya akan mengirim robot ke sana?" kata Borucki.
Pada tahun 1998, ahli fisika di California Institute of technology (Caltech), bersama dengan tim dari eropa, mengubah ide IBM menjadi kenyataan dengan sukses men-teleportasikan photon, partikel energi yang dalam cahaya. Grup Caltech berhasil membaca struktur atom dari photon, mengirimkan informasi ini melewati 3,28 kaki (kira-kira 1 meter) kabel koaksial dan menciptakan replikanya. Sesuai perkiraan, photon asli tidak lagi eksis setelah replica di buat.

Teleportasi yang dimaksud di sini bukanlah memindahkan suatu benda dari satu tempat ke tempat lain atau dari satu waktu ke waktu lain, baik di masa depan maupun lampau. Teleportasi yang dimaksud adalah aksi pada suatu benda di tempat atau waktu tertentu akan berefek pada benda lain di tempat yang berbeda.
Para ilmuwan telah berhasil melakukan teleportasi ruang. Pada tahun 2010, ilmuwan di China berhasil melakukan teleportasi kuantum antara dua foton yang berjarak 16 kilometer, antara Badaling di Beijing dan Huailai di Provinsi Hebei. Perubahan pada salah satu foton berpengaruh pada foton lainnya.
Kali ini, S. Jay Olson dan Timothy Ralph dari Australia menampilkan ide teleportasi waktu. Seperti diutarakan Popsci, ide kedua ilmuwan itu tidak memperjelas keterangan mengenai teleportasi waktu, tapi menghadirkan pertanyaan menarik bagi dasar-dasar jagat raya.
Idenya, seperti dijelaskan oleh Tech Review, melibatkan detektor dalam qubit yang menciptakan pesan yang menjelaskan cara pertikel dapat dideteksi. Kemudian, informasi itu diterima oleh detektor lain yang berada pada posisi yang sama namun berada di masa depan. Detektor di masa depan itu melakukan rekonstruksi.
Bagaimana sistem seperti ini bisa dibuat? Belum ada yang tahu pasti. Akan tetapi, berkaca pada keberhasilan peneliti dalam melakukan teleportasi ruang, harapan masih ada. (Popsci/Physorg.com/ars technica)

0 komentar: